Yang dimaksud dengan hepatitis adalah infeksi atau peradangan hepar (liver, hati). Bila infeksi disebabkan oleh virus maka keadaan ini disebut dengan ‘ viral hepatitis ‘. Perlu diingat bahwa infeksi atau peradangan hati juga dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol, obat-obatan hepatotoksik atau paparan dengan sejumlah bahan kimia tertentu.
Sejumlah ‘viral hepatitis’ hanya mengakibatkan gangguan fungsi hepar secara temporer dan sebagian lain menyebabkan gangguan permanen (cirrhosis hepatis). Pada sejumlah kecil kasus, cirrhosis hepatis berlanjut dengan kegagalan fungsi hepar atau karsinoma hepar. Namun ini tergantung pada jenis hepatitis yang terjadi.
Terdapat 3 jenis ‘viral hepatitis ‘ :
Hepatitis A virus (HAV). Hepatitis A adalah jenis hepatitis yang paling sering terjadi. Penularan terjadi secara peroral atau kontak langsung. Hepatitis A tidak menimbulkan komplikasi jangka panjang dan tersedia vaksin hepatitis A bagi mereka yang akan masuk ke daerah endemik terutama di negara berkembang) .
Hepatitis B virus (HBV). Hepatitis B ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi yang umumnya terjadi akibat penggunaan jarum suntik bersama, jarum tatto atau akibat kecelakaan tertusuk jarum (umumnya pada tenaga medis).
Penularan lain adalah melalui air liur atau kontak seksual dengan penderita. Infeksi virus dengan Hepatitis B menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang.
Saat ini sudah bisa diperoleh vaksin perlindungan terhadap infeksi virus hepatitis B. Vaksinasi dapat diberikan kepada pada masa 6 bulan pertama.
Hepatitis C virus (HCV). Hepatitis C ( dikenal pula dengan hepatitis non A – non B) ditularkan melalui darah dari penderita yang terinfeksi. Hepatitis C tidak ditularkan melalui airliur atau kontak seksual . Penularan yang paling sering terjadi adalah melalui penggunaan jarum suntik bersama , peralatan tatto, kecelakan akibat tertusuk jarum suntik (petugas medis).
Saat ini masih belum dapat diperoleh vaksinasi terhadap hepatitis C.
Pada tahun-tahun terakhir ini begitu banyak jenis viral hepatitis lain yang dikenal namun masih belum merupakan bagian dari skrining kehamilan.
NOTE: Meskipun semua jenis ‘viral hepatitis’ dapat menyebabkan infeksi atau peradangan hepar namun tidak semuanya menimbulkan gejala. Sangat banyak orang yang yang mengidap virus hepatitis dan bertindak sebagai ‘carrier’
Efek terhadap kehamilan
Bila seorang wanita menyadari dirinya adalah penderita hepatitis sebelum hamil, maka yang harus diperhatikan adalah bagaimana hal ini akan mempengaruhi kehamilan dan bayinya. Pada sebagian besar kasus, kehamilan tidak berpengaruh terhadap derajat infeksi atau komplikasi jangka panjang ( kecuali untuk jenis hepatitis E atau HEV yang dapat menjadi berat selama kehamilan dan jenis ini menyerupai dengan hepatitis A )
Hepatitis pada ibu hamil belum tentu mempengaruhi kesehatan janin, namun penularan terhadap janin dapat terjadi pada masa sekitar persalinan atau pada tahun-tahun pertama kehidupan anak. Transmisi virus selama hamil umumnya tidak terjadi, namun resiko akan meningkat bila infeksi pertama pada ibu terjadi sebelum hamil atau selama kehamilan (terutama pada kasus infeksi hepatitis C)
Sebagian penderita hepatitis akan menjalani kehamilan dengan normal, namun perubahan fisiologis yang terjadi dalam kehamilan dapat mempengaruhi hepar berupa :
Batu empedu (Gallstones atau'cholelithiasis'). Sekitar 6% penderita hepatitis yang hamil dapat mengalami batu empedu dengan manifestasi nyeri abdomen dan ikterus. Situasi ini seringkali memerlukan tindakan pembedahan untuk mengangkat batu empedu. Operasi meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus atau partus preterm.
Cholestasis. Sejumlah wanita memiliki resiko menderita cholestasis selama kehamilan. Kondisi ini ditandai dengan gatal, khususnya di tangan atau kaki. Penjelasan terinci mengenai cholestasis dapat dilihat pada http://www.merck.com/mmhe/sec10/ch135/ch135c.html
Acute fatty liver of pregnancy. Meskipun jarang, keadaan ini dapat terjadi pada wanita hamil dan merupakan situasi yang membahayakan jiwa ibu sehingga kehamilan seringkali harus diakhiri sebelum saatnya sehingga menyebabkan persalinan preterm
Ibu hamil yang menderita (atau ‘carrier’ ) hepatitis harus melakukan tes pemeriksaan fungsi liver (liver function test-LFT ). Frekuensi pemeriksaan tergantung pada hasil tes.
Harus diingat bahwa ibu hamil dengan kenaikan kadar alkalin fosfatase ( 3 – 4 kali normal) adalah normal mengingat bahwa plasenta juga menghasilkan alkali fosfatase. Akan tetapi, kadar ALT ( serum alanin aminotransferase ) hanya meningkat bila ibu hamil menderita hepatitis atau terjadi kerusakan hepar ( kadar ALT pada wanita normal berkisar antara 10 – 32 U/L)
NOTE: Ibu hamil yang menderita hepatitis tidak boleh mendapatkan perlakuan yang berbeda selama kehamilan, persalinan atau masa pasca persalinan. Penderita hepatitis A tidak perlu ditempatkan di ruang isolasi. ‘Universal Precaution’ harus dilakukan terhadap semua ibu hamil atau persalinan baik yang menderita atau tidak menderita hepatitis.
Rujukan :
http://www.healthline.com/yodocontent/pregnancy/infections-hepatitis-a.html
http://www.birth.com.au/Hepatitis/Hepatitis-during-pregnancy-about.aspx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar